TRIAGE, TRANSPOR PASIEN, DAN INITIAL
ASSESMENT PASIEN GAWAT DARURAT
TRIAGE
Triase adalah proses khusus pemilihan pasien berdasarkan
beratnya cedera yang diderita korban untuk menentukan jenis perawatan gawat
darurat serta transportasi. Proses triase harus terus dilakukan
sepanjang kondisi darurat bencana dan diulang terus menerus karena status
triase pasien dapat berubah. Proses triase biasanya dilakukan oleh
petugas khusus kesehatan yang menangani korban bencana untuk memastikan bahwa
tindakan penyelamatan dilakukan dengan aman dan sesuai prosedur.
Pada
kegiatan triase ini, para korban bencana dikelompokkan berdasarkan
prioritas tindakan yang harus dilakukan. Prioritas tindakan dibagi ke dalam:
- Prioritas
Nol (Hitam):
korban meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi.
- Prioritas
Pertama (Merah):
korban cedera berat yang memerlukan tindakan dan transport segera
(misalnya gagal nafas, cedera kepala, shok atau perdarahan berat, luka
bakar berat).
- Prioritas
Kedua (Kuning):
korban dengan cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat (misalnya cedera dada tanpa gangguan pernafasan, cedera
kepala atau tulang belakang leher, serta luka bakar ringan).
- Prioritas
Ketiga (Hijau):
korban dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera
(misalnya cedera jaringan lunak, patah tulang ringan, serta gawat darurat
psikologis).
Management
Camp
Management
Camp: atau dalam bahasa Indonesia
Manajemen Tempat Pengungsian/Penampungan merupakan salah satu aspek yang harus
disiapkan dalam rencana kontinjensi tingkat pemerintahan. Standar-standar
minimum untuk tempat pengungsian harus ada sebagai pewujudan nyata dari
prinsip-prinsip dan hak-hak yang tercantum dalam Piagam Kemanusiaan yang
berhubungan dengan hajat-hajat paling dasar untuk mempertahankan kehidupan dan
martabat para korban bencana dan konflik.
Tempat
pengungsian merupakan faktor kunci bagi kelangsungan hidup pada tahap permulaan
suatu keadaan darurat. Dalam proses pemilihan dan perencanaan lokasi pengungsian,
harus memenuhi standar-standar tertentu, yaitu:
- Pemilihan
lokasi.
Mampu untuk menampung jumlah warga yang diperkirakan akan mengungsi.
- Perencanaan
lokasi.
Perencanaan lokasi memastikan tersedianya ruang yang cukup untuk rumah
tangga dan mendukung keamanan serta kesejahteraan masyarakat.
- Keamanan. Pemilihan dan perencanaan
lokasi pengungsian memastikan tercukupinya kebebasan dan keamanan pribadi
seluruh anggota penduduk Korban.
- Masalah-masalah
lingkungan.
Penampungan direncanakan dan dikelola sedemikian rupa sehingga
meminimalkan perusakan terhadap lingkungan.
Di
lokasi penampungan yang dijadikan sebagai tempat evakuasi korban, perlu
disediakan fasilitas-fasilitas berupa Tenda Tempat tinggal pengungsi, fasilitas
kesehatan (rumah sakit lapangan), sanitasi, kebutuhan MCK dan lain-lain. Untuk
itu perlu ditentukan terlebih dahulu lokasi dari masing-masing fasilitas
tersebut di area evakuasI.
Evakuasi
merupakan suatu tindakanpemi ndahan korban dari lokasi kejadian /bencana ke
lokasi yg lebih aman pada situasi yg berbahaya,perlu tindakan yang tepat, cepat
dan waspada/ cermat
Prisnsip
Evakuasi
·
Jangan
dilakukan jika tidak mutlak perlu
·
Lakukan
sesuai denganteknik yang baik dan benar
·
Kondisi
penolong harus baik dan terlatih
Sebisa
mungkin, jangan memindahkan korban yang terluka kecuali ada bahaya api, lalu
lintas, asap beracun atau hal lain yang membahayakan korban maupun penolong.
Sebaiknya berikan pertolongan pertama di tempat korban berada sambil menunggu
bantuan datang
Jika
terpaksa memindahkan korban, perhatikan hal-hal berikut:
·
Apabila
korban dicurigai menderita cedera tulang belakang, jagan dipindahkan kecuali
memang benar-benar diperlukan
·
Tangani
korban dengan hati-hati untuk menghindari cedera lebih parah. Perhatikan bagian
kepala, leher dan tulang belakang terutama jika korban pingsan
·
Angkat
korban secara perlahan-lahan tanpa merenggutnya
Macam
– macam pemindahan korban
1. Pemindahan darurat
Hanya dilakukan jika
·
Ada
bahaya langsung terhadap penderita
·
Untuk
memperoleh jalan masuk atau menjangkau penderita lainya
·
Tindakan
penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi penderita tidak sesuai
untuk perawatanya
2. Pemindahan tidak darurat (biasa)
Dilakukan setelah :
·
Penilaian
awal sudah lengkap dilakukan
·
Denyut
nadi dan nafas stabil
·
Tidak
ada perdarahan luar atau taka da indikasi perdarahan dalam
·
Mutlak
tidak ada cedera spinal / leher atau cedera di tempat lain
·
Semua
patah tulang sudah di mobilisasi ( difiksasi secara benar)
Cara pemindahan
1. Darurat
·
Tarik
lengan atau bahu
·
Tarik
baju atau selimut
·
Tarik
menjulang
·
Tarik
dengan merangkak
2. Tidak darurat
·
Teknik
angkat langsung (2-3 orang)
·
Teknik
angkat anggota gerak
Peralatan evakuasi
·
Tandu
beroda / tandu trolley ambulance
·
Tandu
: lipat , scop, kursi, basket
·
Spinal
board ( panjang & pendek)
·
Matras
vakum
·
Bidai
vakum
·
Selimut
Transportasi bukan satu satunya alat
Prinsip:
mencegah terjadinya cedera baru atau memperparah cedera yang sudah ada
Aturan
umum alat angkut:
·
Penderita
dapat terlentang
·
Memberikan
cukup ruang bagi penderita & penolong melakuakan tugasnya
·
Cukup
tinggi , shigga bisa untuk tindakan RJP
Mempersiapkan
korban untuk ditransportasikan
·
Lakukan
penialaian berkala ( tanda vital )
·
pastikan
tandu terikat dengan baik
·
pastikan
juga korban diikat dengan baik diatas tandu
·
kendorkan
pakaian dan periksa bidai
·
tenangkan
korban jika sadar, jaga ketenangan penolong
Transportasi Gawat Darurat :
Setelah
penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila diduga patah
tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan
dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika perlu.
Mekanikan saat mengangkat tubuh
gawat darurat
Tulang
yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang paling kuat
diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi pada tutlang
tersebut juga paling kuat.
Dengan
demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha dan
bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan dengan punggung.
Panduan dalam mengangkat penderita
gawat darurat
1. Kenali kemampuan diri dan kemampuan
pasangan kita. Nilai beban yang akan
2. diangkat secara bersama dan bila
merasa tidak mampu jangan dipaksakan
3. Ke-dua kaki berjarak sebahu kita,
satu kaki sedikit didepan kaki sedikit sebelahnya
4. Berjongkok, jangan membungkuk, saat
mengangkat
5. Tangan yang memegang menghadap
kedepan
6. Tubuh sedekat mungkin ke beban yang
harus diangkat. Bila terpaksa jarak maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50
cm
7. Jangan memutar tubuh saat mengangkat
8. Panduan diatas berlaku juga saat
menarik atau mendorong penderita
Transportasi Pasien Kritis:
Definisi:
pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih
sistem tubuh, tergantung pada penggunaan
peralatan monitoring dan terapi.
Transport
intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu:
1. Koordinasi sebelum transport
1. Koordinasi sebelum transport
- Informasi bahwa area tempat
pasien akan dipindahkan telah siap untuk menerima pasien tersebut serta
membuat rencana terapi
- Dokter
yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar dokter dan
perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien
- Tuliskan dalam rekam medis
kejadian yang berlangsung selama transport dan evaluasi kondisi pasien
2. Profesional beserta dengan pasien: 2
profesional (dokter atau perawat) harus menemani pasien dalam kondisi serius.
·
Salah
satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan pengalaman CPR atau
khusus terlatih pada transport pasien kondisi kritis
·
Profesioanl
kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus menemanipasien dengan
instabilitas fisiologik dan pasien yang membutuhkan urgent action
3. Peralatan untuk menunjang pasien
a. Transport monitor
b. Blood presure reader
c. Sumber oksigen dengan kapasitas
prediksi transport, dengan tambahan cadangan30 menit
d. Ventilator portable, dengan
kemampuan untuk menentukan volume/menit, pressure FiO2 of 100% and PEEP with
disconnection alarm and high airway pressure alarm.
e. Mesin suction dengan kateter suction
f. Obat untuk resusitasi: adrenalin,
lignocaine, atropine dan sodium bicarbonat
g. Cairan intravena dan infus obat
dengan syringe atau pompa infus dengan baterai
h. Pengobatan tambahan sesuai dengan
resep obat pasien tersebut
4. Monitoring selama transport.
Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut: Level 1=wajib,level 2=Rekomendasi kuat, level 3=ideal
Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut: Level 1=wajib,level 2=Rekomendasi kuat, level 3=ideal
- Monitoring kontinu: EKG, pulse
oximetry (level 1)
- Monitoring intermiten: Tekanan
darah, nadi , respiratory rate (level 1 pada pasien pediatri, Level 2 pada
pasien lain).
Transport Pasien Rujukan
Rujukan
adalah penyerahan tanggung jawab dari
satu pelayanan kesehatan ken pelayanan kesehatan lainnya.
System
rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memungkinkan terjadnya penyerangan tanggung jawab secara timbale-balik
atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, da tidak dibatasi oleh
wilayah administrasi.
Tujuan Rujukan
Tujuan system rujukan adalah agar
pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih
mampu sehinngga jiwanya dapat terselamtkan, dengan demikian dapat meningkatkan
AKI dan AKB
Cara Merujuk
Langkah-langkah rujukan
adalah:
1. Menentukan kegawat daruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak
dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka
belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan puskesmas.
c. Tenaga kesehatan yang ada pada
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus manayang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat
rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat
termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan
kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada
penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu
dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan
untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita
6. Pengiriman penderita
7. Tindak lanjut penderita:
a. Untuk penderita yang telah
dikembalikan
b. Harus kunjungan rumah, penderita
yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor
Jalur Rujukan
Alur rujukan kasus
kegawat daruratan :
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
c. Puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
Evakuasi dan Transportasi
Evakuasi
adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang
lebih amandengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-daerah yang
sulit dijangkau dimulai setelahkeadaan darurat. Penolong harus melakukan
evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan.Cara pengangkutan korban:
1. Pengangkutan tanpa menggunakan alat
atau manualPada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban
cedera ringan, dianjurkanpengangkatan korban maksimal 4 orang
2. Pengangkutan dengan alat (tandu)
Rangkaian
pemindahan korban:
1. persiapan,
2. pengangkatan korban ke atas tandu,
3. pemberian selimut pada korban
4. Tata letak korban pada tandu
disesuaikan dengan luka atau cedera.
Prinsip
pengangkatan korban dengan tandu:
1. pengangkatan korban,Harus secara
efektif dan efisien dengan dua langkah pokok; gunakan alat tubuh (paha,
bahu,panggul), dan beban serapat mungkin dengan tubuh korban.
2. Sikap mengangkat.Usahakan dalam
posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.
3. Posisi siap angkat dan jalan
Assessment
gawat darurat:
1. Primary survey
Pengertian: Deteksi cepat dan koreksi segera
terhadap kondisi yang mengancam
Tujuan: Untuk mengetahui kondisi pasien
yang mengancam jiwa dan kemudian dilakukan tindakan life saving.
Cara pelaksanaan (harus berurutan dan simultan)
Jalan nafas (airway)
·
Lihat,
dengar, raba (Look, Listen, Feel)
·
Buka
jalan nafas, yakinkan adekuat
·
Bebaskan
jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan menggunakan teknik Head
Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban trauma
·
Cross
finger untuk
mendeteksi sumbatan pada daerah mulut
·
Finger
sweep untuk
membersihkan sumbatan di daerah mulut
·
Suctioning bila perlu
Pernafasan (breathing)
·
Lihat,
dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada pertukaran hawa
panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan nafas atau
tidak
Perdarahan (circulation)
·
Lihat
adanya perdarahan eksterna/interna
·
Hentikan
perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress, Elevation (istirahatkan
lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
·
Perhatikan
tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill time, nadi,
sianosis, pulsus arteri distal
Susunan Saraf Pusat (disability)
·
cek
kesadaran
·
Adakah
cedera kepala?
·
Adakah
cedera leher?
·
perhatikan
cedera pada tulang belakang
Kontrol Lingkungan (Exposure/
environmental )
·
Buka
baju penderita lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah
hipotermi/kedinginan
2. Secondary survey
Pengertian: Mencari perubahan-perubahan yang
dapat berkembang menjadi lebih
gawat dan mengancam jiwa apabila
tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe)
Tujuan: Untuk mendeteksi penyakit atau
trauma yang diderita pasien sehingga dapat ditangani lebih lanjut
Peralatan: Stetoskop, tensi meter, jam, lampu
pemeriksaan/senter, gunting, thermometer, catatan, alat tulis
Prosedur:
Anamnesis:
Riwayat “AMPE” yang harus diingat
yaitu :
A : Alergi
M : Medikasi (obat yang diminum
sebelumnya)
P : Past illness (penyakit
sebelumnya)/Pregnancy (hamil)
E : Event/environment (lingkungan
yang berhubungan dengan kegawatan)
Pemeriksaan fisik :
1. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh
a. Posisi saat ditemukan
a. Tingkat kesadaran
b. Sikap umum, keluhan
c. Trauma, kelainan
b. Keadaan kulit
2. Periksa kepala dan leher
a. Rambut dan kulit kepala
Perdarahan, pengelupasan, perlukaan,
penekanan
b. Telinga
Perlukaan, darah, cairan
c. Mata
Perlukaan, pembengkakan, perdarahan,
reflek pupil, kondisi kelopak mata, adanya benda asing, pergerakan abnormal
d. Hidung
Perlukaan, darah, cairan, nafas
cuping hidung, kelainan anatomi akibat trauma
e. Mulut
Perlukaan, darah, muntahan, benda
asing, gigi, bau, dapat buka mulut/ tidak
f. Bibir
Perlukaan, perdarahan, sianosis,
kering
g. Rahang
Perlukaan, stabilitas, krepitasi
h. Kulit
Perlukaan, basah/kering, darah,
suhu, warna
i. Leher
Perlukaan, bendungan vena, deviasi
trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang leher
3. Periksa dada
Flail chest, nafas diafragma,
kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan, perlukaan (luka terbuka, luka
mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas
4. Periksa perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor,
nyeri tekan, undulasi
5. Periksa tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme
otot
6. Periksa pelvis/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkakan,
krepitasi, inkontinensia
7. Periksa ekstremitas atas dan bawah
Perlukaan, angulasi, hambatan
pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut nadi, warna luka
Perhatian !
1. Perhatikan tanda-tanda vital (sesuai
dengan survei primer)
2. Pada kasus trauma, pemeriksaan
setiap tahap selalu dimulai dengan pertanyaan adakah : D-E-C-A-P-B-L-S
D : Deformitas
E : Ekskoriasi
C : Contusio
A : Abrasi
P : Penetrasi
B : Bullae/Burn
L : Laserasi
S : Swelling/Sembab
3. Pada dugaan patah tulang selalu
dimulai dengan pertanyaan adakah : P-I-C
P : Pain
I : Instabilitas
C : Crepitasi
👍👍
ReplyDelete👍👍
ReplyDelete